1 Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning seperti emas kuning seperti pada gambar dan keras bila tidak murni. 2) Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat. 3) Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
NilaiJawabanSoal/Petunjuk SUASA Logam campuran emas dengan tembaga NEKARA Logam campuran emas dengan tembaga TEMBAGA Jenis Logam LOGAM ... perak, tembaga, aluminium, nikel; metal; - adi logam yang tidak dapat bersenyawa dengan zat asam seperti emas, perak, dan platina; logam mulia; -... KUNINGAN Campuran tembaga dan seng PERUNGGU Logam campuran tembaga dan timah putih DOBLE Tembaga berlapis emas MAS Logam Muia AURUM Emas MULIA Logam ... emas ANTIMONIUM Sejenis logam campuran; Stibium ALOI Campuran dua jenis logam atau lebih; lakur PANCALOGAM Campuran lima macam logam atau batu PLATINUM Emas putih logam berwarna putih keabu abuan SOBOK Campuran dua macam logam yang sama banyaknya BERTUANG Dicetak dari logam yang dicairkan emas ~; MEDALI Tanda penghargaan dibuat dari logam emas, perak, perunggu ALKIMIA Ilmu yang bertujuan mengubah logam biasa menjadi emas MUNDAM Jambang atau bokor besar dari logam tembaga dsb PLATINA Emas Putih FILSUF Batu legendaris yang bisa mengubah logam biasa menjadi emas AMALGAM Campuran dari dua atau beberapa logam yang salah satunya adalah merkuri MANGANIN Kim paduan logam yang terdiri atas 70%-85% tembaga, 15%-25% mangan, 4% TIMAH Jenis logam SADUR Lapis logam yang tipis pada logam lain; sepuh emas, perak, dan sebagainya
Perungguadalah campuran tembaga dan unsur lain. 5. Palladium. Belum banyak yang tahu tentang perhiasan palladium yang sebenarnya adalah alternatif yang terbaik selain emas. Palladium mempunyai kelebihan anti pudar. Selain itu, palladium mempunyai kemampuan untuk berpadu dengan logam lain.
Macam warna emas FotoTagar/Pexels Jakarta - Investasi emas merupakan salah satu instrumen investasi yang memiliki keuntungan dengan risiko yang rendah. Namun, emas merupakan investasi jangka panjang yang keuntungannya baru bisa dirasakan setelah lebih dari lima atau sepuluh tahun. Tak hanya berlaku pada emas batangan, emas perhiasan pun juga bisa kamu jadikan instrumen investasi yang menjanjikan keuntungannya tidak sebesar emas batangan, emas perhiasan masih tetap saja menjadi primadona terutama untuk para wanita. Selain sebagai investasi, emas perhiasan juga bisa dijadikan perhiasan untuk menunjang penampilan seseorang. Sayangnya, gak sedikit orang yang hanya tahu warna emas perhiasan itu kuning dan putih. Padahal, setidaknya ada sembilan warna emas perhiasan disetiap warnanya yang berbeda, beda pula harga yang dimiliki. Return-nya sebagai investasi tentu saja juga berbeda. Nah, berikut ini adalah sembilan warna emas yang perlu banget kamu ketahui nih sebelum terjun untuk investasi emas. Yuk, simak di bawah ini1. Emas KuningEmas kuning adalah salah satu warna emas yang paling banyak digunakan. Untuk membuat campuran logam ini, emas murni akan dicampur dengan perak murni dengan perbandingan tertentu. Jadi, emas kuning sering menjadi pilihan banyak orang untuk investasi Emas PutihEmas putih juga menjadi primadona bagi beberapa orang terutama sebagai perhiasan. Logam yang kuat dengan warna keperakan ini terbuat dari emas murni, timah sari, perak murni, dan Emas MerahWarna logam ini adalah merah muda atau lebih dikenal dengan rosegold. Untuk mendapatkan warna ini, emas murni akan dicampur dengan tembaga. Warna emas merah juga umumnya banyak digunakan sebagai perhiasan. Selain itu, karena warnanya yang unik membuat emas ini memiliki harga yang cukup mahal per Emas HijauEmas hijau? Batu akik? Eitss, tentu bukan. Emas hijau ini merupakan campuran antara emas murni 24 karat dengan perak murni, kadmium, dan tembaga. Campuran beberapa logam itu dapat menghasilkan warna hijau yang cantik sehingga cocok untuk Emas BiruSeperti halnya emas hijau, produk ini juga bukan batuan mahal yang dibentuk menjadi aksesori. Emas biru terbuat hanya dari dua campuran logam saja, pertama adalah logam besi murni dan yang kedua adalah emas murni itu Emas JinggaEmas jingga itu terbuat dari campuran emas murni, perak murni, dan tembaga. Nah, besar atau kecilnya campuran antara perak murni dan tembaga ternyata dapat menentukan warna jingga dari emas yang dihasilkan. Jadi, kalau perak murni semakin sedikit warna jingga semakin kuat begitu pun Emas Abu-abuEmas abu-abu sedikit berbeda dengan emas putih meski secara warna hampir sama. Kalau emas putih lebih mengkilap, sedangkan emas abu-abu tidak. Untuk membuat emas ini diperlukan emas murni, tembaga, dan Emas UnguUntuk membuat emas ungu dibutuhkan emas murni dan aluminium. Campuran ini akan menghasilkan warna ungu keemasan yang cantik sehingga produk olahan ini selalu dicari oleh Emas CokelatEmas cokelat memiliki warna yang cantik sehingga kerap dijadikan perhiasan seperti anting atau kalung. Untuk membuat campuran logam ini diperlukan emas murni, paladium, dan perak itu dia Sembilan jenis warna emas yang perlu kamu ketahui sebelum memutuskan untuk investasi. Tidak hanya berwarna putih dan kuning, Emas memiliki warna yang beragam. Dengan mempelajari ragam emas, kamu jadi tahu seberapa cocok mereka untuk dijadikan investasi. Jadi, warna emas mana yang kamu miliki?[]Fiona RenatamiBaca JugaPajak Penjualan Emas Batangan yang Harus Investor Tahu3 Kerugian Menjadikan Emas Perhiasan Sebagai InvestasiHarga Emas Antam Hari Ini 7 Januari 2022, Merosot Rp 7000!Wajib Tahu! Ini 10 Aplikasi Jual Beli Emas Online
3 0ppm cmas dan 20ppm tembaga dalam KOH-KN03 4. 10ppm emas dan 20ppm Icmbagc: dalam KOH-KN03-KC . Sedangkan Gambar 2 menunjukkan perbandingan pol gram campuran emas, perak 'dan tembaga dalam elektr pendukung campuran KOH-KN03-KCN dengan komposiz 4:1:1dan 8:2:1. Dari bebcrapa perbandingan yang telah di .
Tembaga atau copper adalah salah satu unsur logam berbentuk kristal dengan warna kemerahan dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Tembaga merupakan logam transisi golongan IB yang memiliki nomor atom 29 dan berat atom 63,55 g/mol. Tembaga di alam banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral Palar, 2004.Tembaga secara alami terdapat di dalam lapisan kulit bumi dalam berbagai bentuk seperti sulfida chalcopyrite, bornite, chalcosite, covellite, dalam bentuk karbonat azurite dan malachite, dalam bentuk silikat chrysycolla dan dioptase dan juga sebagai tembaga murni. Kebanyakan tembaga ditambang atau diekstraksi dalam bentuk tembaga sulfida dari tambang terbuka atau deposit. Contoh tambang yang ada antara lain Chuquicamata di Chile, Bingham Canyon Mine di Utah dan El Chino Mine di New Mexico Amerika adalah sebuah unsur logam ulet dan mampu tempa. Tembaga memiliki sifat konduksi panas dan elektrik yang baik dan juga sifat tahan korosinya maupun antimicrobial. Logam tembaga dan beberapa bentuk persenyawaannya tidak dapat larut dalam air dingin atau air panas, tetapi dapat dilarutkan dalam asam, seperti senyawa asam sulfat panas dan dalam larutan basa NH4OH. Ion tembaga dapat berlarut ke dalam air, dimana fungsi mereka dalam konsentrasi tinggi adalah sebagai agen anti bakteri, fungisi dan bahan tambahan kayu. Dalam konsentrasi rendah, tembaga merupakan nutrien yang penting bagi kehidupan dan tanaman. Di dalam tubuh, tembaga biasanya ditemukan di bagian hati, otak, usus, jantung dan ginjal. Tembaga sulfat pentahidrat merupakan salah satu bentuk persenyawaan Cu yang sering digunakan dalam bidang industri, misalnya untuk pewarnaan tekstil, untuk penyepuhan, pelapisan, dan pembilasan pada industri dan Sifat Tembaga Menurut ICSG 2012, karakteristik tembaga dapat dilihat pada tabel di bawah inia. Sifat fisika Sifat fisika logam tembaga adalah sebagai berikut Tembaga memiliki warna kuning kemerah-merahan. Unsur ini sangat mudah dibentuk, lunak, sehingga mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis, kawat. Bersifat sebagai konduktor panas dan listrik yang bagus untuk aliran elektron. Tembaga bersifat keras bila tidak titik leleh pada °C, sedangkan titik didih pada ° Sifat kimia Sifat kimia logam tembaga adalah sebagai berikut Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara yang lembab, permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, CuOH2CO3. Pada suhu sekitar 300°C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar akan terbentuk tembaga I oksida Cu2O yang berwarna merah. Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam non-oksidator encerseperti HCl encer dan H2SO4 encer, tetapi HCl pekat dan mendidih menyerang logamtembaga dan membebaskan gas hidrogen. Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks CuNH34+. Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga I sulfida dan tembaga II sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga I dan Penggunaan Tembaga Tembaga mudah difabrikasi menjadi kawat, pipa, lembaran dan lain-lain. Sifat-sifat tembaga seperti konduktifitas listrik, kondukstifitas termal dan ketahanan korosi ialah sifat yang paling banyak dimanfaatkan untuk peralatan sehari-hari seperti kabel listrik dan peralatan-peralatan elektronik. Berikut ini beberapa pemanfaatan tembaga yang sering digunakan Dimanfaatkan untuk berbagai alat listrik dan rumah tangga. Hampir semua alat rumah tangga terutama yang berhubungan dengan listrik menampilkan label terbuat dari tembaga. Karena logam ini memang sangat handal digunakan untuk penghantar listrik. Komponen utama perlengkapan handphone, komputer dan pembuat perhiasan. Tembaga juga dapat digunakan untuk membuat berbagai perhiasan menarik, terutama ketika dicampurkan dengan emas atau logam lainnya. Dalam bidang pertanian, logam tembaga dapat digunakan sebagai racun. Digunakan sebagai algisida pembunuh ganggang dalam pemurniaan air .Dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pembuatan uang logam. Campuran tembaga dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan logam sebagai campuran untuk menghilangkan belerang dalam pengolahan manusia terhadap tembaga cukup tinggi. Manusia dewasa membutuhkan sekitar 30 µg tembaga perkilogram berat tubuh. Pada anak-anak jumlah tembaga yang dibutuhkan adalah 40 µg perkilogram berat tubuh, sedangkan pada bayi dibutuhkan 80 µg tembaga perkilogram berat tubuh. Konsumsi tembaga yang baik bagi manusia adalah 2,5 mg/kg berat tubuh/hari bagi orang dewasa dan 0,05 mg/kg berat tubuh/hari untuk anak-anak dan bayi. Selain manusia, organisme hidup lainnya juga sangat membutuhkan tembaga untuk kehidupannya. Mulai dari tumbuh-tumbuhan sampai pada hewan darat ataupun biota perairan Widowati, 2008.Mineral Cu yang terkandung dalam tubuh diperkirakan sekitar 1,5 sampai 2,5 mg per Kg/berat badan bebas lemak. Pada jaringan tubuh baik dalam hati, otak, jantung, dan ginjal mengandung Cu yang tinggi dibanding dengan jaringan lain. Meskipun bersifat racun namun logam tembaga II juga mempunyai beberapa fungsi di dalam tubuh yaitu merupakan elemen essensial yang sangat penting bagi protein, metalo enzim, beberapa pigmen yang ada di alam dan untuk sintesis hemoglobin serta pembentukan tulang. Tembaga dalam jumlah kecil diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan sel-sel darah Keracunan dan Limbah Tembaga Bentuk tembaga yang paling beracun adalah debu-debu tembaga yang dapat mengakibatkan kematian pada dosis 3,5 mg/kg. Pada manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau uap logam tembaga adalah terjadinya gangguan pada jalur peenafasan sebelah atas. Efek keracunan yang ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau uap tembaga tersebut adalah terjadinya kerusakan atropik pada selaput lendir yang berhubungan dengan hidung. Keracunan akut dan kronis ini terjadi ditentukan oleh besarnya dosis yang masuk dan kemampuan organisme untuk menetralisir dosis tersebut Palar, 1994.Tembaga yang tidak berkaitan dengan protein merupakan zat racun. Mengkonsumsi sejumlah kecil tembaga yang tidak berkaitan dengan protein dapat menyebabkan mual dan muntah. Pada manusia, keracunan tembaga secara kronis dapat dilihat dengan timbulnya penyakit Wilson dan Kinsky. Gejala dari penyakit Wilson ini adalah terjadi hepatic cirrhosis, kerusakan pada otak, dan demyelinas, serta terjadinya penurunan kerja ginjal dan pengendapan tembaga dalam kornea mata. Penyakit Kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya rambut yang kaku dan berwarna kemerahan pada penderita. Sementara pada hewan seperti kerang, bila di dalam tubuhnya telah terakumulasi dalam jumlah tinggi, maka bagian otot tubuhnya akan memperlihatkan warna kehijauan. Hal ini dapat menjadi petunjuk apakah kerang tersebut masih bisa dikonsumsi manusia atau tidak. Efek buruk keracunan tembaga yaitu Mengalami kerusakan ginjal. Menghambat pembentukan air kemih. Menyebabkan anemia karena pecahnya sel-sel darah merah hemolisis. Penyakit Wilson yang ditandai dengan gejala sakit perut, sakit kepala, perubahan suara.Sirosis. Pengumpulan tembaga dalam kornea mata yang menyebabkan terjadinya cincin emas atau emas kerusakan otak berupa tremor, sakit kepala, sulit berbicara, hilangnya koordinasi, dan di tanah, tembaga akan terikat pada bahan organik dan mineral. Tembaga tidak rusak di lingkungan, oleh karena itu dapat terakumulasi pada tanaman dan hewan ketika berada di tanah. Pada tanah dengan kandungan tembaga amat tinggi, hanya sejumlah kecil tanaman yang bisa bertahan hidup. Tembaga juga dapat mengganggu aktivitas dalam tanah karena berpengaruh negatif pada aktivitas mikroorganisme dan cacing tanah. Ketika tanah peternakan tercemar tembaga, hewan ternak akan mengasup konsentrasi tinggi tembaga yang bisa merusak kesehatan di perairan biasanya memiliki jumlah terlarut sebesar 0,002 ppm sampai 0,005 ppm. Bila dalam badan perairan terjadi peningkatan kelarutan tembaga, sehingga melebihi nilai ambang yang seharusnya, maka akan terjadi peristiwa biomagnifikasi terhadap biota-biota perairan. Peristiwa biomagnifikasi ini akan dapat ditunjukkan melalui akumulasi tembaga dalam tubuh biota perairan tersebut. Akumulasi dapat terjadi sebagai akibat dari telah terjadinya konsumsi tembaga dalam jumlah berlebihan, sehingga tidak mampu dimetabolisme oleh PustakaPalar. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta Rineke Cipta. International Copper Study Group ICSG. 2012. The World Copper W. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta Andi.
Bacajuga: Ilmuwan China Berhasil Ubah Tembaga Jadi Emas Berharga. Manfaat tembaga. Penggunaan tembaga dalam kehidupan sehari-hari maupun industri sangat banyak. Bahkan, tembaga adalah salah satu logam yang sering dicampur untuk menciptakan logam campuran dan digunakan dalam berbagai hal. 1. Konstruksi bangunan
ArticlePDF Available AbstractWhen India culture introduce to Indonesia Archipelago, some changes were happen in its native culture. One of India influence was its religion Hinduism and Buddhism. Both religion then resemblance in material culture such as sacred building temple, rites utensils statue, bell, monk stick finial, etc., or inscription. One of its material source to made those things is bronze. When Indian culture was introduced, the natives werenāt take it for granted adopt Indian concept for producing bronze things. By XRF analysis, known that bronze artifacts from Northern Sumatra and Java arenāt adopt concept from India traditions astadhatu and pancaloha. Indian influence on bronze artifacts from Northern Sumatra and Java can see on fullfilness of religion concept, especially on statues. It seen on the choosing of special metals as dominan elements for bronze statue construction. This study reveals some of similarities and diverences in construction elements between Northern Sumatra and Java bronze artifacts. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Berkala Arkeologi Edisi 2012 151 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN UNSUR LOGAM BENDA-BENDA PERUNGGU SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN BENDA-BENDA PERUNGGU JAWA TENGAH Antara Kemandirian Teknis dan Pemenuhan Konsep SIMILARITIES AND DIFFERENCES ON METAL ATTRIBUTE OF BRONZE ARTIFACTS FROM NORTHERN SUMATERA AND CENTRAL JAVA Between Technical Autonomy and Conceptual Completion Ery Soedewo Balai Arkeologi Medan ABSTRACT When India culture introduce to Indonesia Archipelago, some changes were happen in its native culture. One of India influence was its religion Hinduism and Buddhism. Both religion then resemblance in material culture such as sacred building temple, rites utensils statue, bell, monk stick finial, etc., or inscription. One of its material source to made those things is bronze. When Indian culture was introduced, the natives werenāt take it for granted adopt Indian concept for producing bronze things. By XRF analysis, known that bronze artifacts from Northern Sumatra and Java arenāt adopt concept from India traditions astadhatu and pancaloha. Indian influence on bronze artifacts from Northern Sumatra and Java can see on fullfilness of religion concept, especially on statues. It seen on the choosing of special metals as dominan elements for bronze statue construction. This study reveals some of similarities and diverences in construction elements between Northern Sumatra and Java bronze artifacts. Keywords Bronze, Northern Sumatera, Java, Comparation ABSTRAK Kebudayaan India Hindu-Buddha masuk ke Nusantara membawa sejumlah perubahan dalam kebudayaan penghuni kepulauan tersebut. Salah satu unsur budaya yang terpengaruh adalah konsep-konsep religi yang berasal dari agama Hindu dan Buddha. Unsur religi tersebut diwujudkan dalam bentuk-bentuk seperti bangunan sakral candi, alat-alat upacara arca, genta, khakhara dll, maupun pertulisan prasasti dan naskah. Salah satu bahan pembentuk hasil budaya material itu adalah logam, yang salah satu jenisnya adalah perunggu. Ketika kebudayaan India masuk ke kawasan kepulauan, para penghuni Nusantara tidak serta-merta mengadopsi konsep pembuatan benda-benda perunggu dari India. Melalui analisis XRF X Ray Fluorescence terhadap benda-benda perunggu dari masa pengaruh kebudayaan India di Pulau Jawa dan Sumatera bagian utara diketahui, bahwa tidak satupun artefak perunggu dari kedua pulau itu yang unsur penyusunnya berpedoman pada kaidah dari India utara maupun selatan yang dikenal sebagai astadhatu dan pancaloha. Penerapan pengaruh dari India terlihat pada upaya pemenuhan konsep religi yang melatarbelakangi ujud dari objek perunggu yang dibuat, khususnya yang berupa arca. Hal itu terlihat pada pemilihan jenis logam tertentu sebagai unsur dominan penyusun arca perunggu. Hal lain yang berhasil diungkap adalah sejumlah persamaan dan perbedaan unsur-unsur penyusun antara artefak perunggu dari Sumatera bagian utara dibanding objek sejenis dari Pulau Jawa. Kata kunci Perunggu, Sumatera Bagian Utara, Jawa, Perbandingan 152 Berkala Arkeologi Edisi 2012 PENDAHULUAN Sebelum masuknya kebudayaan India Hindu-Buddha di Kepulauan Nusantara, menurut Brandes 188925-26 dalam Nastiti,1993269 dan 276; Haryono,1993 b28 manusia penghuni kepulauan ini telah memiliki sepuluh unsur kebudayaan asli yakni wayang, gamelan, ilmu irama sajak, batik, pengerjaan logam, mata uang, ilmu pelayaran, astronomi, pertanian sawah, dan sistem pemerintahan yang teratur. Bukti kemampuan nenek moyang penghuni Kepulauan Nusantara dalam mengolah logam sebelum masuknya ide-ide dari India ditemukan hampir di seluruh daerah yang kini disebut sebagai Indonesia, mulai dari Pulau Sumatera hingga Papua. Wujud hasil budaya logam prasejarah itu antara lain adalah nekara, kapak perunggu, gelang perunggu, patung perunggu, mata tombak besi, parang besi, dan lain-lain. Ketika kebudayaan India Hindu-Buddha masuk ke Kepulauan Nusantara, ragam hasil produksi benda-benda logam semakin beraneka, antara lain berupa arca, genta, pelita, ujung khakara tongkat biksu, talam, dan lain-lain. Walaupun belum pernah dianalisis lebih mendalam jenis logam apakah yang paling jamak ditemukan di Indonesia dari masa Hindu-Buddha. Bolehlah dikatakan bahwa perunggu adalah jenis logam yang terbanyak dipakai sebagai materi penyusun berbagai benda dari masa Hindu-Buddha yang masih dapat dilihat keberadaannya entah di museum maupun koleksi pribadi. Popularitas perunggu sebagai jenis logam yang banyak dipakai untuk pembuatan beragam benda logam dari masa Hindu-Buddha, tidak terlepas dari kemudahan untuk memperoleh bahan baku sekaligus proses pengolahannya. Perunggu merupakan logam alloy yang pada intinya dibuat dari campuran 2 jenis logam yakni tembaga Cu dengan timah, baik timah putih Sn maupun timah hitam/timbal Pb. Selain kedua campuran pokok tersebut, agar perunggu lebih berat dan kuat biasanya ditambahkan jenis logam lain, antara lain seng Zn. Digunakannya seng sebagai logam campuran dalam pembuatan perunggu, menghasilkan benda yang lebih keras, lebih kuat, warna yang lebih indah, dan yang terutama adalah tingkat fluiditasnya keadaan cair lebih baik, sehingga logam lebih mudah dicetak menjadi bentuk-bentuk yang dikehendaki oleh si pembuat Haryono,1985617 dalam Triwurjani,1993103. Berkenaan dengan bahan penyusun arca perunggu, di India dikenal adanya dua tradisi yakni astadhatu dan pancaloha. Konsep astadhatu yang berkembang di India utara adalah konsep pembuatan benda perunggu yang tersusun dari campuran 8 unsur, terdiri dari emas, tembaga, timah, perak, kuningan, timah hitam timbal, besi, dan air raksa. Sementara di India bagian selatan berlaku konsep pancaloha yang terdiri dari campuran 5 unsur logam, yakni emas, tembaga, timah, perak, dan kuningan. Mungkin karena faktor ekonomis, terkadang emas dan perak diganti dengan campuran 10 bagian tembaga, separuh bagian kuningan, dan seperempat bagian timah putih Sivaramurti, 1981 dalam Haryono, 1993 b 12. Secara sederhana hal tersebut dapat diartikan bahwa benda-benda perunggu di Indonesia yang berasal dari masa pengaruh kebudayaan India Hindu-Buddha, tentunya juga akan menunjukkan kesamaan unsur entah yang didasarkan pada konsep astadhatu atau yang pancaloha. Namun, disertasi Timbul Haryono 1993 menunjukkan hal sebaliknya, bahwa benda-benda perunggu yang ditemukan di Pulau Jawa dari masa Hindu-Buddha tidak satupun yang menerapkan konsep dari India tersebut astaloha dan pancaloha. Berdasarkan hasil analisis unsur terhadap benda-benda perunggu Jawa Kuna, diketahui bahwa benda-benda perunggu tersebut dibuat dari 3 unsur logam sebagai unsur utamanya yakni tembaga, seng, dan timah. Hanya beberapa artefak yang memiliki kandungan logam lain besi selain ketiga logam tersebut, itupun kemungkinan besar tidak secara sengaja ditambahkan. Menunjuk pada 3 tiga bahan utama tersebut, maka dapat dikatakan perunggu Jawa Kuna termasuk dalam kategori ternary alloys, yaitu perunggu yang dibuat dari tiga unsur logam Hodges,197669 dalam Haryono,1993136. Hal demikian berarti para pandai logam Jawa Kuna mengembangkan teknik pembuatan benda-benda perunggu sendiri, yang diperoleh secara turun temurun dari masa sebelum masuknya pengaruh kebudayaan India Hindu-Buddha. Berkala Arkeologi Edisi 2012 153 Oleh Quaritch Wales 1951 dalam Haryono 1993 b 7 kepandaian yang dimiliki dan diperoleh dari pengalaman di masa lampau itu disebut sebagai local genius. Menurut Quaritch Wales masuknya pengaruh kebudayaan India di kawasan Asia Tenggara sedikit banyak telah membawa perubahan kebudayaan di kawasan tersebut, yang dampaknya berbeda-beda antara satu dari yang lain, sehingga secara budaya batas-batas pengindiaan āGreater Indiaā kawasan ini dapat dibagi menjadi dua zona, yakni 1. zona barat yang meliputi Srilangka, Birma, Siam, Malaya, dan Sumatera. Di zona ini akulturasi terjadi secara ekstrem sehingga local genius-nya mati. Hasil kesenian di kawasan tersebut adalah refleksi atau tiruan dari kesenian India. 2. zona timur meliputi Jawa, Kamboja, dan Campa. Di zona ini local genius-nya cukup menonjol. Pendapat Quaritch Wales tersebut, sepertinya mendekati kebenaran ketika hasil penelitian Timbul Haryono 1993 menunjukkan bahwa para pandai logam Jawa menggunakan local genius mereka, baik dari segi teknik maupun formulanya yang berbeda dari konsep India untuk pembuatan benda-benda perunggu. Selain di Pulau Jawa, kebudayaan Hindu-Buddha juga pernah eksis di Pulau Sumatera. Jejak kehadirannya hingga kini masih dapat dilihat pada sejumlah tradisi masyarakatnya maupun dari sejumlah artefak yang ditinggalkan. Salah satu artefak dari masa Hindu-Buddha di Pulau Sumatera yang juga ditemukan di Pulau Jawa adalah benda-benda berbahan perunggu. Ketidaksamaan antara penyusun benda-benda perunggu yang didasarkan atas konsep dari India dengan unsur benda-benda perunggu yang berasal dari Jawa Kuna sudah terbukti. Lalu bagaimana dengan benda-benda perunggu dari Sumatera bagian utara pada masa pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha, adakah benda-benda perunggu dari Sumatera bagian utara memiliki kesamaan unsur sebagaimana benda-benda perunggu dari Jawa Kuna ? ataukah sebaliknya, justru para pandai logam Sumatera bagian utara pada masa lalu mengadopsi konsep pencampuran logam India astadhatu atau pancaloha ? atau para pandai logam Sumatera bagian utara pada masa lalu mengembangkan teknik pencampuran sendiri yang berbeda dari India maupun Jawa ? METODE PENELITIAN Data yang dianalisis dalam kajian ini merupakan artefak-artefak perunggu yang diperoleh dari hasil ekskavasi oleh Balai Arkeologi Medan dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar, maupun penyerahan anggota masyarakat kepada Balai Arkeologi Medan dan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Selain itu juga dimanfaatkan data sejenis hasil analisis artefak-artefak perunggu dari Jawa Tengah dan Yogyakarta yang merupakan hasil penelitian Timbul Haryono untuk disertasinya 1993. Untuk mengetahui kandungan unsur-unsur penyusun artefak-artefak perunggu tersebut, dilakukan analisis laboratoris yang sifatnya kualitatif. Metode analisis laboratoris memanfaatkan Sinar X, khususnya XRF X Ray Fluorescence yang dilakukan oleh Laboratorium Teknik Bahan, Badan Tenaga Nuklir Nasional BATAN Yogyakarta. Sampel-sampel yang dianalisis di BATAN menggunakan XRF adalah artefak-artefak perunggu yang berasal dari sebagian wilayah kerja Balai Arkeologi Medan yang meliputi Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Di kedua wilayah provinsi tersebut, terdapat beberapa situs yang berasal dari masa pengaruh kebudayaan India Hindu-Buddha seperti situs Padang Lawas dan situs Simangambat yang berada di Sumatera Utara, sedangkan yang berada di Sumatera Barat antara lain situs Pulau Sawah dan Koto Rao. Hasil analisis XRF tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel yang memuat sampel artefak perunggu yang dianalisis serta persentase kandungan masing-masing unsur penyusunnya. Besaran persentase unsur-unsur penyusun objek analisis kemudian dilihat unsur logam yang dominan maupun pendukung. Pengetahuan akan unsur dominan maupun pendukung itu merupakan pijakan awal untuk mengetahui latar 154 Berkala Arkeologi Edisi 2012 belakang atau alasan dipilihnya jenis logam tertentu sebagai unsur utama/dominan. Untuk mengetahui latar belakang pemilihan jenis logam tertentu sebagai unsur dominan, diungkap lewat penelusuran sumber-sumber tertulis terkait landasan konsep simboliknya. DATA DAN HASIL ANALISIS Sepotong benda perunggu berukuran panjang 9 cm, lebar 3,8 cm, tebal 0,8 cm - 1,1 cm ditemukan di situs Candi Bara, Padang Lawas Sumatera Utara saat dilakukan ekskavasi tahap IV pada tahun 1997 Foto 1. Belum dapat dipastikan potongan benda apakah ini, namun dilihat dari morfologinya yang ditandai oleh adanya lubang melingkar di salah satu sisinya, besar kemungkinan ini adalah fragmen gantungan genta atau pelita. Pecahan-pecahan benda perunggu ditemukan di situs Candi Simangambat tepatnya di sisi utara susunan batu yang diperkirakan sebagai candi perwara. Benda -yang jika utuh- ini berdiameter maksimal 8,5 cm; tebal 0,1 cm; sebagian permukaannya dilapisi patina; dihiasi 3 garis sejajar horisontal di salah satu permukaannya Foto 2. Kemungkinan fungsinya adalah tutup suatu wadah atau fragmen chatra pada arca. Sebentuk benda perunggu pipih panjang yang ditemukan oleh satu tim penelitian dari Balai Arkeologi Medan di situs Biara Bara, Padang Lawas adalah bagian dari pilar relung prabha. Benda setinggi 57 cm, lebar 7 cm pilar dan 12 cm patung singa ini seluruh permukaannya telah dilapisi patina foto 3. Arca Dhyani Buddha Vairocana temuan anggota masyarakat di situs Padang Lawas tepatnya di sekitar Biara Bahal III setinggi 8,5 cm dan lebar 6,7 cm foto 4. Arca berbahan perunggu yang hampir seluruh permukaannya dilapisi patina ini merupakan koleksi Balai Arkeologi Medan Setianingsih,200196. Arca temuan anggota masyarakat di situs Padang Lawas tepatnya di sekitar Biara Tandihat setinggi 8 cm dan lebar 4 cm ini merupakan koleksi Museum Negeri Provinsi Foto 1. Foto 2. Dok. Penulis Dok. penulis Foto 3. Foto 4. Foto 5. Dok. Penulis Dok. Penulis Dok. Penulis Berkala Arkeologi Edisi 2012 155 Sumatera Utara dengan nomor inventaris 3478 foto 5. Arca berbahan perunggu yang hampir seluruh permukaannya dilapisi patina ini menggambarkan sosok Boddhisatwa dalam sikap duduk satvaparyaĘkÄsana bersila, kaki kanan di atas kaki kiri, duduk di atas padma teratai yang sebagian besar sudah aus, tangan kiri dalam sikap vara/varadamudra memberikan anugerah, mengenakan kelat bahu dan gelang di tangannya Soedewo, 200629. Arca temuan anggota masyarakat di situs Padang Lawas tepatnya di sekitar Biara Tandihat setinggi 5 cm dan lebar 8 cm ini merupakan koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dengan nomor inventaris 3459 foto 6. Arca berbahan perunggu yang hampir seluruh permukaannya dilapisi patina ini menggambarkan sosok Garuda yang menopang sosok dewa yang -sayang sekali- hanya tersisa bagian telapak kakinya saja.Soedewo, 200628-29. Arca temuan anggota masyarakat di situs Padang Lawas setinggi 23 cm dan lebar 11 cm ini merupakan koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dengan nomor inventaris 3830 foto 7. Arca berbahan perunggu yang hampir seluruh permukaannya dilapisi patina ini menggambarkan sosok Arapacana salah satu perwujudan Boddhisatva Manjusri.Hartini dkk., 200820. Sepotong benda perunggu berukuran panjang 4,7 cm dengan ketebalan 7 mm ditemukan di situs Pulau Sawah, Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat saat dilakukan ekskavasi di sekitar munggu 2 pada tahun 2009 foto 8. Logam yang telah dilapisi patina ini berbentuk silinder melengkung, diperkirakan jika benda ini utuh adalah gelang berdiameter 5,7 cm. Sepotong benda perunggu berukuran panjang 4,7 cm dengan ketebalan 7 mm ditemukan oleh warga masyarakat di situs Bukit Jimbun, Rao, Kabupaten Pasaman Sumatera Barat foto 9. Logam yang telah dilapisi patina ini berbentuk silinder melengkung, diperkirakan jika benda ini utuh adalah gelang berdiameter 5,7 cm. Arca Buddha berukuran tinggi 13 cm, lebar 4 cm, dan tebal 1,2 cm dari situs Candi Pulau Sawah 2, Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat merupakan koleksi Balai Foto 8. Foto 9. Dok. Penulis Dok. penulis Foto 6. Foto 7. Dok. Penulis Dok. penulis 156 Berkala Arkeologi Edisi 2012 Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar hasil ekskavasi tahun 2008. Arca ini digambarkan dalam posisi berdiri, kedua kaki sejajar samabhanga; tangan kiri diangkat setinggi siku, dihiasi juntaian kainnya yang terjulur hingga setrendah paha kirinya, sementara tangan kanannya terjuntai sejajar tubuhnya hingga bagian pinggulnya; bagian kepala dihiasi sanggul rambut usnisa. Arca Dhyani Boddhisatva berlengan delapan berukuran tinggi 15 cm, lebar 6 cm, dan tebal 1,5 cm dari situs Candi Pulau Sawah 2, Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat merupakan koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar hasil ekskavasi tahun 2008. Arca ini digambarkan dalam posisi berdiri, kedua kaki sejajar samabhanga; tangannya yang sebanyak delapan masing-masing empat di sisi kiri dan empat di sisi kanan. Bagian atas tubuh hanya dihiasi upavita tali kasta, yang terjuntai dari bahu kirinya ke arah pinggang kanannya; bagian bawah tubuh ditutupi semacam kain yang memanjang hingga bagian mata kakinya. Rambut dihiasi mahkota yang disebut sebagai jatamakuta, yakni mahkota yang dibentuk dari jalinan rambutnya sendiri. Arca Ganesha dari situs Candi Pulau Sawah 2, Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat berukuran tinggi 14 cm, lebar 8 cm, dan tebal 5 cm. merupakan koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar hasil ekskavasi tahun 2008. Arca ini digambarkan dalam posisi duduk, kaki kanan terjuntai ke bawah sedangkan kaki kiri bersila ardhaparyankasana; tangannya sebanyak empat masing-masing dua di sisi kiri dan dua di sisi kanan. Arca ini digambarkan bertubuh manusia dan berkepala gajah. Berikut ini adalah tabel kandungan unsur-unsur penyusun sejumlah benda perunggu yang ditemukan di Sumatera bagian utara maupun yang ditemukan di Pulau 1 Sampel no. 13 ā no. 47 terdapat dalam lampiran tabel disertasi Timbul Haryono 1993 Foto 10. Foto 11. Foto 12. Dok. BP3 Batusangkar Dok. BP3 Batusangkar Dok. BP3 Batusangkar Berkala Arkeologi Edisi 2012 157 Arca Vairocana Biara Bahal III Fragmen genta / pelita Biara Bara Arca Boddhisatva Padmapani, Padang Lawas Arca Arapacana, Padang Lawas Arca Garuda, Padang Lawas Fragmen relung prabha, Padang Lawas Fragmen perunggu Candi Simangambat Fragmen gelang Pulau Sawah Arca Boddhisatva Pulau Sawah Fragmen gelang situs Bukit Jimbun 158 Berkala Arkeologi Edisi 2012 Berkala Arkeologi Edisi 2012 159 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN Jika ditinjau dari unsur penyusun dominannya, artefak-artefak perunggu baik dari Sumatera bagian utara maupun Jawa terdiri dari 2 unsur utama yakni tembaga Cu dan timah putih Sn. Artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara yang unsur dominannya berupa tembaga Cu adalah arca Vairocana dari Bahal III, arca Garuda dari Padang Lawas, fragmen relung prabha dari Padang Lawas, arca Ganesha dari Pulau Sawah, arca Boddhisatva berlengan delapan dari Pulau Sawah, dan fragmen gelang dari situs Bukit Jimbun. Sementara artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa yang unsur penyusun dominannya tembaga Cu adalah mangkuk2, arca Ganesha, talam3, prasasti, arca Buddha, arca Durga, genta4, wadah5, piring6, bokor, rantai, gelang, dan fragmen cawan. Adapun artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara yang unsur penyusun dominannya timah putih Sn adalah fragmen genta/pelita Biara Bara, arca Boddhisatva Padmapani dari Padang Lawas, arca Arapacana dari Padang Lawas, fragmen benda perunggu dari Candi Simangambat, fragmen gelang dari Pulau Sawah, dan arca Buddha dari Pulau Sawah. Sementara untuk benda-benda perunggu dari Pulau Jawa, yang unsur penyusun dominannya timah putih Sn adalah mangkuk7, tutup periuk, piring8, bokor, dan fragmen jarum. Selain tembaga dan timah sebagai unsur penyusun utama artefak-artefak perunggu tersebut, hasil analisis laboratoris mengungkapkan adanya unsur logam lain yang terdiri dari besi Fe, timbal Pb, seng Zn, perak Ag, dan antimon Sb. Hasil analisis menunjukkan bahwa artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara yang sampelnya sebanyak 12 benda, kesemuanya mengandung besi Fe, dengan prosentase berkisar antara 1,09 % hingga 5,81 %. Sedangkan artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa yang sampelnya sebanyak 35 benda, hanya 3 benda arca Ganesha, wadah, dan piring yang mengandung besi, dengan prosentase berkisar antara 2,68 % hingga 3,97 %.9 Adapun untuk kandungan unsur timbal Pb, keduabelas artefak perunggu dari Sumatera bagian utara mengandungnya; dengan prosentase berkisar antara 1,22 % hingga 15,90 %. Sementara artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa yang mengandung timbal Pb sebanyak 7 objek dari 35 objek, dengan prosentase kandungan berkisar antara 1,32 % hingga 17,43 %.10 Untuk unsur seng Zn pada artefak perunggu dari Sumatera bagian utara, hanya terdapat pada fragmen gelang dari situs Bukit Jimbun. Sementara artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa kandungan sengnya terdapat pada hampir semua objek, kecuali satu yakni gelang11 . Adapun unsur lain yang berupa perak Ag pada artefak-artefak perunggu Sumatera bagian utara, terdapat pada sembilan objek dari duabelas sampel, dengan prosentase kandungan berkisar antara 0,60 % hingga 8,06 %. Sebaliknya, tidak satupun artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa yang mengandung unsur lain berupa perak. Perbedaan mencolok lain antara artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara dibanding yang berasal dari Pulau Jawa adalah ketiadaan unsur antimon pada artefak perunggu dari Pulau Jawa, sebaliknya artefak perunggu dari Sumatera bagian utara seluruhnya mengandung antimon, dengan prosentase 0,53 % hingga 2,32 %. 2 Lihat sampel artefak no. 13, 15, 16, dan 17 pada tabel hasil analisis 3 Lihat sampel artefak no. 20,21, 22, 23, dan 24 pada tabel hasil analisis 4 Lihat sampel artefak no. 28, 29, 30, dan 31 pada tabel hasil analisis 5 Lihat sampel artefak no. 32, 33, 34, 35, dan 36 pada tabel hasil analisis 6 Lihat sampel artefak no. 38 dan 39 pada tabel hasil analisis 7 Lihat sampel artefak no. 14 dan 18 pada tabel hasil analisis 8 Lihat sampel artefak no. 40 dan 41 pada tabel hasil analisis 9 Lihat sampel artefak no. 19, 32, 39 pada tabel hasil analisis 10 Lihat sampel artefak no. 13, 28, 29, 31, 45, 46, 47 pada tabel hasil analisis 11 Lihat sampel artefak no. 45 pada tabel hasil analisis 160 Berkala Arkeologi Edisi 2012 Menurut Haryono 1993b, 60 keberadaan unsur logam lain dalam artefak perunggu boleh jadi disebabkan oleh 1. Kesengajaan, ditambahkan karena alasan-alasan teknis 2. Tersertakan, terdapat secara alami pada jenis bijih logam tertentu diistilahkan sebagai impurities Faktor teknis kesengajaan sebagai alasan pencampuran jenis logam tertentu pembentuk perunggu, akan menghasilkan benda-benda dengan karakteristik yang khas. Sebagai logam alloy campuran, perunggu pada intinya dibuat dari campuran 2 jenis logam yakni tembaga Cu dengan timah, baik timah putih Sn maupun timah hitam/timbal Pb Haryono,1985617 dalam Triwuryani,1993103. Beberapa analisis yang pernah dilakukan terhadap artefak perungu di Indonesia menunjukkan adanya campuran timah ataupun timbal dan logam lainnya. Campuran timah yang terlalu banyak pada tembaga jumlah maksimal timah yang dapat dicampurkan ke dalam tembaga sebesar 30 % menjadikan benda logam yang dibentuk hasilnya getas mudah patah dan tidak bisa ditempa, sehingga tidak cocok untuk dibuat sebagai peralatan hidup sehari-hari seperti pisau, parang, dan sebagainya. Campuran dengan banyak kandungan timah menjadikan warna logam yang dihasilkan berwarna putih dan sangat cocok untuk dibuat genta, arca, ataupun perhiasan. Oleh karena itu benda perunggu dengan kandungan timah tinggi ditemukan pada benda perhiasan atau benda-benda pengantar upacara dan tidak dijumpai pada benda untuk kebutuhan teknik. Penambahan timbal pada tembaga, menjadikan cairan logam lebih cair sehingga mudah mengalir. Hal ini membantu dalam pembuatan artefak perunggu dengan unsur artistik lebih dominan, seperti arca, nekara, atau bejana Haryono,1983 dalam Triwurjani,1993105. Dominasi timah putih Sn sebagaimana ditemukan pada fragmen gelang dari situs Pulau Sawah dan fragmen genta/pelita dari Biara candi Bara jelas berkaitan erat dengan bentuk benda yang diinginkan oleh sang pandai logam, yakni sebagai perhiasan -berupa gelang- atau genta. Unsur timah putih yang tinggi, mencapai 69,05 % pada fragmen genta/pelita dari situs Biara Bara dan 78,31 % dari situs Pulau Sawah, memungkinkan dibentuknya benda-benda dengan karakteristik tertentu seperti warnanya yang putih sesuai untuk benda perhiasan sebagaimana fragmen gelang yang ditemukan di situs Pulau Sawah. Demikian halnya untuk bentuk yang rumit seperti pada genta atau pelita dengan lekuk-lekuk yang halus dengan menggunakan teknik pembuatan benda logam memakai cetakan lost wax atau bivalve, yang hanya bisa dicapai jika campuran logamnya dalam kondisi cair yang sempurna saat dituang ke cetakan, sehingga memungkinkannya masuk ke bagian-bagian yang rumit. Jadi, dominasi unsur timah putih pada artefak-artefak perunggu dari Biara Bara dan situs Pulau Sawah disebabkan oleh pertimbangan teknis dan estetis. Masih terkait dengan aspek teknis pembuatan benda-benda perunggu, hasil penelitian Haryono terhadap artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa menunjukkan bahwa logam paduan Jawa Kuna terdiri dari tembaga Cu, timah putih Sn, dan seng Zn; sehingga perunggu Jawa Kuna tergolong dalam ternary alloy, yaitu logam perunggu yang penyusun utamanya terdiri dari tiga unsur Haryono, 1993 b237. Hasil selanjutnya adalah, artefak-artefak perunggu Jawa Kuna diproduksi tanpa dilandasi konsep astadhatu maupun pancaloha, yang merupakan konsep pembuatan benda-benda perunggu di India Haryono, 1993236-237. Hal demikian berarti kemampuan para pandai logam Jawa Kuna dalam memprosuksi benda-benda perunggu -bahkan untuk objek sakral- tidak berpatokan pada kitab-kitab acuan teknologi logam dari India, meskipun dari jenis/morfologinya menunjukkan pengaruh unsur kebudayaan India Haryono, 1993237. Tidak berbeda dari logam perunggu dari Jawa yang digolongkan sebagai perunggu ternary alloy, yang unsur dominannya terdiri dari tembaga Cu, timah putih Sn, dan seng Zn, artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara pada dasarnya juga disusun dari tiga unsur utama, sehingga dapat digolongkan juga sebagai perunggu ternary alloy. Namun, tidak seperti perunggu dari Pulau Jawa yang unsur penyusunnya terdiri dari tembaga Cu, timah putih Sn, dan seng Zn, artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara unsur utama penyusunnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni Berkala Arkeologi Edisi 2012 161 1. perunggu ternary alloy yang terdiri dari tembaga Cu, timah putih Sn, dan timbal Pb,12 2. perunggu ternary alloy yang terdiri dari tembaga Cu, timah putih Sn, dan perak Ag.13 3. perkecualian adalah sampel artefak no. 12 yakni fragmen gelang dari Situs Bukit Jimbun, Rao Pasaman, Sumatera Barat yang tiga unsur utamanya serupa dengan artefak-artefak perunggu dari Pulau jawa yang disusun dari tiga unsur utama yakni tembaga Cu, timah putih Sn, dan seng Zn. Mengacu pada hasil analisis XRF di atas, tampak bahwa tidak satupun benda perunggu dari Sumatera bagian utara yang unsur-unsur penyusunnya sama dengan konsep tradisional India tentang unsur-unsur penyusun perunggu yang dapat dibedakan menjadi dua tradisi besar yang berasal dari India utara astadhatu dan India selatan pancaloha. Walaupun, terdapat 2 benda perunggu yang unsur-unsurnya terdiri dari 5 unsur yakni arca Vairocana dari Padang Lawas dan fragmen pelita dari Biara Bara. Namun, keduanya tidak memiliki sejumlah unsur yang seharusnya dimiliki suatu benda perunggu sebagaimana konsep pancaloha. Ketiadaan unsur emas, perak, dan kuningan -sebagaimana seharusnya ada dalam perunggu pancaloha- pada kedua benda perunggu dari Padang Lawas tersebut menunjukkan bahwa para pandai logam memiliki patokan tersendiri dalam membuatnya. Demikian halnya dengan konsep astadhatu yang berasal dari India utara, juga bukan asal kemampuan para pandai logam pembuat benda-benda perunggu dari Sumatera bagian utara, sebab tidak terdapat 3 unsur yakni emas, kuningan, dan air raksa, yang seharusnya ada jika para pandai logam pembuat benda-benda perunggu dari Sumatera bagian utara memang mengadopsi konsep astadhatu dimaksud. Artinya, para pandai logam setempat telah memiliki kemampuan mencampurkan sejumlah logam berbeda dalam menghasilkan benda-benda perunggu, sebelum masuknya pengaruh kebudayaan India ke Sumatera. Jelas kemampuan mencampur logam-logam tertentu sehingga menjadi perunggu merupakan teknik yang sudah mentradisi jauh sebelum masuknya pengaruh India ke Sumatera. Bukti tertulis yang berasal dari Gunung Tua memperkuat pandangan bahwa artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara dibuat oleh para pandai logam pribumi. Pertulisan dimaksud berangka tahun 946 Ćaka 1024 M yang memuat tentang pembuatan arca Bhatara Lokanatha oleh seorang pandai logam bernama Suryya. Prasasti ini dipahatkan pada lapik arca LokanÄtha, beraksara Pasca Pallawa serta menggunakan dua bahasa yakni Melayu Kuna dan Sanskerta. Berikut teks prasasti tersebut Setianingsih dkk, 200311-12 Swasti Ƨaka warsÄtita 946 caitramÄsa, tithi tritiya sukla, Ƨekrawara, tatkala juru pandai Suryya barbuat bhatÄra LokanÄtha, imanikuƧala mÅ«lÄ ni sarvva satva sÄdhÄranikr selamat tahun Ćaka 946, bulan caitra, hari ketiga masa bulan terang, hari Jumāat, ketika itu juru pandai āyang bernama- Suryya membuat āarca- Bhatara LokanÄtha, dari semua pekerja yang baik dari segala pembuatan, harapan saya untuk semua kebijaksanaan yang tinggi dan lengkap Penyebutan nama tokoh Suryya yang didahului oleh atribut personanya yakni juru pandai, jelas adalah frasa khas austronesia terkait bidang kerja atau profesinya sebagai pembuat benda logam. Apalagi nama tokoh itu kemudian diikuti satu kata kerja barbuat, yang sekali lagi menunjukkan latar belakang keaustronesiaannya. Teks itu dapat dipahami sebagai semacam iklan yang dimaksudkan pertama sebagai unjuk eksistensi si pembuat arca, kedua sebagai sarana untuk memperkenalkan kemampuan atau keterampilan sang pandai dalam membuat suatu objek sakral yang terikat pada kaidah-12 Lihat sampel no. 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 10 13 Lihat sampel no. 5, 9, dan 11 162 Berkala Arkeologi Edisi 2012 kaidah konseptual tertentu. Hal ini dapat diartikan bahwa Suryya bukanlah sembarang pandai logam, dia tidak saja memiliki kemampuan teknis dalam menghasilkan benda-benda logam, namun lebih jauh āseolah- dia ingin menunjukkan bahwa dirinya juga āsetidaknya- mengetahui konsep-konsep religi yang melandasi pembuatan arca sebagai benda sakral. Selain alasan yang sifatnya teknis, perbedaan unsur penyerta atau unsur lain penyusun antara artefak perunggu dari Jawa dibanding artefak perungu Sumatera, mungkin berkaitan dengan ketersediaan atau asal bahan baku penyusun artefak-artefak perunggu tersebut. Sumatera dan pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya seperti Pulau Bangka dan Pulau Belitung sejak lama dikenal sebagai pulau dengan deposit timah yang berlimpah. Menurut van Bemmelen 1944103 dalam Haryono,1993137 di Indonesia, deposit tembaga dan timah terdapat di Pulau Sumatera. Menurut Bemmelen untuk Pulau Sumatera sumber timah di pulau ini telah dimanfaatkan oleh penduduk pribumi atau orang-orang āHinduā. Demikian pula tembaga diketahui sumbernya ada di Danau Singkarak dan kemungkinan sekali telah dimanfaatkan oleh penduduk sekitar. Sementara biji timbal timah hitam dan seng yang terdapat di sekitar Muara Sipongi, di bagian utara Tanjung Berangin, dan Sibenair tampaknya juga telah dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, yang didasarkan oleh adanya indikasi aktivitas peleburan. Boomgard 194777-82 dalam Haryono,1993137 juga telah menemukan indikasi adanya bekas-bekas pengerjaan biji logam di daerah Sapat, Muara Labuh di Solok, dan terutama di dekat Sungai Pantuan dan Sungai Bergoto. Di tempat-tempat tersebut ditemukan bekas-bekas terowongan dan sisa-sisa kayu di dalamnya. Meskipun data yang diungkap oleh kedua pakar tersebut sangat penting dan menunjukkan adanya kegiatan penambangan di masa lalu oleh orang-orang āHinduā, namun sampai sejauh ini belum dilakukan analisis pertanggalan terhadap data dimaksud Haryono,1993137. Selain Pulau Sumatera, sejumlah kawasan di Asia Tenggara telah lama dikenal sebagai daerah yang kaya akan biji tembaga dan timah, termasuk juga seng yang tersebar mulai Thailand di bagian utara hingga ke Pulau Sumatera di bagian selatan. Sedangkan Pulau Jawa, buminya sejauh ini diketahui sedikit atau bahkan tidak memiliki kandungan timah dan tembaga. Oleh sebab itu para pandai logam pada masa Jawa Kuna, kemungkinan besar mendapatkan bahan baku untuk pembuatan benda-benda logam dari kontak dagang dengan para pendatang dari luar Pulau Jawa Haryono,1993138. Di samping faktor teknis-estetis dan ketersediaan atau asal bahan baku, hasil kajian Haryono 1993 b198-235 menunjukkan bahwa pemilihan jenis logam tertentu juga terkait dengan aspek simbolik-religius. Hal tersebut ditemukan pada pelapisan bagian mata, urna, dan bibir pada arca bimetalik. Makna aspek simbolik itu, sedikit banyak merupakan hasil penyesuaian terhadap konsep dalam sumber-sumber tertulis India. Penggunaan logam perak untuk tokoh,14 yang diletakkan di lapik berbahan perunggu membuktikan bahwa dalam beberapa hal, pertimbangan-pertimbangan simbolik-religius ternyata diikuti oleh para pandai logam Jawa Kuna Haryono, 1993238. Agak berbeda dibanding sampel dari Jawa, pemenuhan konsep terkait warna sosok dewa yang diarcakan dari Sumatera bagian utara, dibentuk dengan cara memasukkan unsur dominan tertentu untuk menghasilkan warna perunggu sesuai konsep yang melatarbelakanginya. Perunggu yang material penyusun utamanya timah putih Sn akan menghasilkan benda perunggu yang berwarna putih. Sementara jika material penyusun dominannya berupa tembaga Cu, maka perunggu yang dihasilkan akan berwarna cokelat kemerahan merah hati. Penerapan pemaduan unsur logam dominan tertentu 14 Beberapa contoh dalam hal ini antara lain adalah Avalokitesvara yang dalam naskah Nispanayogavali salah satu cirinya adalah warnanya putih, oleh karena itu sang pandai memilih perak sebagai unsur dominannya. Contoh lain adalah arca Avalokitesvara di Museum Nasional no. 509 yang dibuat dari bahan perunggu namun seluruh permukaannya dilapisi perak Berkala Arkeologi Edisi 2012 163 untuk menghasilkan warna yang dikehendaki terlihat pada arca Arapacana dan Padmapani dari Padang Lawas. Dalam konsep ikonografi Buddha tokoh Arapacana dan Padmapani digambarkan berwarna Sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas arca Arapacana dan Padmapani disusun dari beberapa jenis logam dengan unsur dominan adalah timah putih Sn yang mencapai lebih dari 60 %. Jelas dalam hal ini pemilihan bahan timah putih oleh sang pandai pembuat kedua arca tersebut Arapacana dan Padmapani adalah suatu kesengajaan agar arca yang dibentuknya berwarna putih, sehingga sesuai dengan konsep religi yang melatarbelakangi tokoh yang dibuatnya tersebut. Alasan serupa juga melatarbelakangi pemilihan tembaga sebagai unsur dominan penyusun arca Gaį¹ÄÅa atau Gaį¹apati, baik yang berasal dari situs Pulau Sawah Sumatera Barat maupun dari Pulau Jawa. Beberapa pemerian sosok Gaį¹apati menggambarkan salah satu ciri utamanya adalah berwarna merah, seperti pada sosok BÄla-Gaį¹apati yang warnanya digambarkan bagaikan matahari terbit, demikian halnya Taruį¹a-Gaį¹apati warnanya adalah merah, representasi lain dari Gaį¹apati yang berwarna merah adalah Vira-VighnÄÅa, Uchchhishį¹a-Gaį¹apati, MahÄ-Gaį¹apati, Prasanna-Gaį¹apati, dan VighnarÄja-Gaį¹apati Rao, 1971 52-58. 16 Artinya, pemilihan bahan tembaga oleh sang pandai pembuat kedua arca Gaį¹ÄÅa tersebut adalah suatu kesengajaan agar arca yang dibentuknya berwarna kemerahan, sebagai suatu bentuk pemenuhan konsep religi yang melatarbelakangi tokoh yang dibuatnya tersebut. PENUTUP Persamaan antara benda-benda perunggu Sumatera bagian utara dengan objek sejenis dari Pulau Jawa tampak pada unsur dominan penyusunnya yang terdiri dari tembaga Cu dan timah putih Sn. Pada dasarnya artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara maupun dari Pulau Jawa adalah perunggu yang disusun dari tiga unsur utama sehingga perunggu dari kedua tempat tersebut dapat disebut sebagai perunggu ternary alloy. Dari seluruh sampel benda perunggu Sumatera bagian utara dan Pulau Jawa yang berjumlah empatpuluh tujuh 47 sampel, tidak satu artefak pun yang unsur penyusunnya serupa dengan konsep pembuatan perunggu dari India, entah pancaloha maupun astadhatu. Artinya, baik para pandai logam Sumatera bagian utara maupun pandai logam Pulau Jawa, kemampuan teknis mereka ādalam mencampur logam hingga menjadi benda perunggu- bukan berasal dari India. Hal ini sekaligus mementahkan pendapat Quaritch Wales yang menyatakan bahwa Sumatera adalah salah satu kawasan yang terakulturasi secara ekstrim seiring masuknya pengaruh kebudayaan India, sehingga berakibat matinya local genius kebudayaan di Sumatera. Objek-objek perunggu dari Sumatera bagian utara setidaknya dapat dijadikan sebagai bukti bahwa para pendukung kebudayaan purba di Pulau Sumatera tidak kehilangan kelocalgeniusan mereka, meski masuk pengaruh budaya dari luar India. Pengaruh kebudayaan India dalam pembuatan objek-objek perunggu tampak pada objek tertentu khususnya arca, terutama dalam hal pemenuhan konsep ikonografisnya. Salah satu unsur dalam ikonografi yang disebutkan dalam naskah-naskah terkait penggambaran sosok dewa adalah warnanya. Guna mewujudkan arca dengan warna tertentu, para pandai logam memilih jenis logam tertentu untuk menghasilkan warna arca yang diinginkan. Seperti arca Avalokiteshvara dari Pulau Jawa yang dibentuk dari perak Ag, sebab dalam konsep religi yang melatarbelakanginya salah satu ciri tokoh ini adalah berwarna putih. Demikian halnya dengan arca Arapacana dan Padmapani dari Padang Lawas, yang dalam konsep religinya, digambarkan berwarna putih, oleh karena itu pandai logam yang membuatnya memasukkan timah putih Sn sebagai unsur dominan untuk 15 Lebih lanjut atribut Arapacana lihat pada tabel atribut dewa-dewa Buddha dalam Gupte, 1972128; untuk atribut Padmapani Avalokitesvara, lihat pada tabel atribut dewa-dewa Buddha dalam Gupte, 1972124 16 Lebih lanjut atribut Gaį¹apati lihat Rao, 1971 35-67 164 Berkala Arkeologi Edisi 2012 menghasilkan benda perunggu yang berwarna putih. Maupun arca Gaį¹ÄÅa atau Gaį¹apati yang dalam konsep religinya, digambarkan berwarna merah, oleh karena itu pandai logam yang membuatnya memasukkan tembaga Cu sebagai unsur dominan untuk menghasilkan benda perunggu yang berwarna merah. Selain sejumlah persamaan tersebut, sejumlah perbedaan tampak antara artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara dibanding objek sejenis dari Pulau Jawa. Perbedaan itu terutama pada unsur penyusun dominan dan penyertanya. Benda-benda perunggu dari Pulau Jawa sebagian besar unsur dominannya adalah tembaga Cu, hanya sebagian kecil yang lain unsur dominannya adalah timah putih Sn. Sementara objek-objek perunggu dari Sumatera bagian utara yang mengandung timah putih Sn jumlahnya berimbang dengan yang unsur dominannya tembaga Cu. Perbedaan lain yang mengemuka adalah beragamnya unsur logam penyerta dalam artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara dibanding objek sejenis dari Pulau Jawa. Unsur logam penyerta impurities dalam artefak-artefak dari Sumatera bagian utara yang tidak dimiliki oleh objek sejenis dari Pulau Jawa adalah antimon Sb dan perak Ag. Sebaliknya hampir semua artefak perunggu dari Pulau Jawa mengandung seng Zn, namun hanya satu artefak dari Sumatera bagian utara yang mengandung seng Zn. Perbedaan itu muncul mungkin terkait dengan ketersediaan atau asal bahan baku penyusun artefak-artefak perunggu tersebut. KEPUSTAKAAN Brandes, 1889. āEen Jayapatra of Acte van Eene Rechterlijke Uitspraak van Saka 849ā dalam TBG XXXII. Hlm1-52 Boomgard, L., 1947. āOude Mijnwerken op Sumatraās Westkunstā dalam Geologi van Mijnbouw 9 5. Hlm 77-82 Haryono, Timbul, 1985. āAnalisis Elemental Benda-benda Perunggu Situs Gunung Wingko Evaluasi Metalurgiā dalam REHPA II. Jakarta Pusat Penelitian Arkeologi Nasional ______________, 1993 a. āAspek-aspek Simbolik Dalam Teknik Arkeometalurgi Masa Klasik Jawa Kunaā dalam Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV Metalurgi Dalam Arkeologi. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm 341ā346 ______________, 1993 b. Aspek-aspek Teknik dan Simbolik Artefak-artefak Perunggu Jawa Kuno Abad VIII ā X. Yogyakarta Disertasi Universitas Gadjah Mada Nastiti, Titi Surti, 1993. āPandai Logam Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa Kunoā dalam Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV Metalurgi Dalam Arkeologi. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm 269ā278 Pollard, Mark, 2007. Analytical Chemistry in Archaeology. New York Cambridge University Press Rao, T. A. Gopinatha, 1971. Hindu Iconography. Delhi Indological Book House Setianingsih, Rita Margaretha, dkk., 2003. Berita Penelitian Arkeologi no. 10 Prasasti dan Bentuk Pertulisan Lain di Wilayah Kerja Balai Arkeologi Medan. Medan Balai Arkeologi Medan Berkala Arkeologi Edisi 2012 165 Sivaramurti, C., 1981. South Indian Bronzes. New Delhi Lalit Kala Akademi Triwurjani, Rr., 1993. āHubungan Antara Bahan, Bentuk dan Fungsi Artefak Perunggu di Indonesiaā dalam Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV Metalurgi Dalam Arkeologi. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan van Bemmelen, 1944. Economic Geology Vol. II. The Hague Martinus Nijhoff 166 Berkala Arkeologi Edisi 2012 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this introductory manual that explains the basic concepts of chemistry behind scientific analytical techniques and that reviews their application to archaeology. It explains key terminology, outlines the procedures to be followed in order to produce good data, and describes the function of the basic instrumentation required to carry out those procedures. The manual contains chapters on the basic chemistry and physics necessary to understand the techniques used in analytical chemistry, with more detailed chapters on Atomic Absorption, Inductively Coupled Plasma Emission Spectroscopy, Neutron Activation Analysis, X-ray Flourescence, Electron Microscopy, Infra-red and Raman Spectroscopy, and Mass Spectrometry. Each chapter describes the operation of the instruments, some hints on the practicalities, and a review of the application of the technique to archaeology, including some case studies. With guides to further reading on the topic, it is an essential tool for practitioners, researchers and advanced students alike. Ā© Mark Pollard, Catherine Batt, Benjamin Stern, and Suzanne M. M. Young Jayapatra of Acte van Eene Rechterlijke Uitspraak van Saka 849ā dalam TBG XXXIIJ L A BrandesBrandes, 1889. -Een Jayapatra of Acte van Eene Rechterlijke Uitspraak van Saka 849ā dalam TBG XXXII. Hlm1-52Oude Mijnwerken op Sumatra's Westkunstā dalam Geologi van MijnbouwL BoomgardBoomgard, L., 1947. -Oude Mijnwerken op Sumatra's Westkunstā dalam Geologi van Mijnbouw 9 5. Hlm 77-82Hindu Iconography. Delhi Indological Book House Setianingsih, Rita Margaretha, dkkT A RaoGopinathaRao, T. A. Gopinatha, 1971. Hindu Iconography. Delhi Indological Book House Setianingsih, Rita Margaretha, dkk., 2003. Berita Penelitian Arkeologi no. 10 Prasasti dan Bentuk Pertulisan Lain di Wilayah Kerja Balai Arkeologi Medan. Medan Balai Arkeologi MedanC SivaramurtiSivaramurti, C., 1981. South Indian Bronzes. New Delhi Lalit Kala Akademi Triwurjani, Rr., 1993. -Hubungan Antara Bahan, Bentuk dan Fungsi Artefak Perunggu di Indonesiaā dalam Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV Metalurgi Dalam Arkeologi. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan van Bemmelen, 1944. Economic Geology Vol. II. The Hague Martinus Nijhoff
Tembagajuga dapat digunakan untuk membuat berbagai perhiasan menarik, terutama ketika dicampurkan dengan emas atau logam lainnya. Dalam bidang pertanian, logam tembaga dapat digunakan sebagai racun. Digunakan sebagai algisida (pembunuh ganggang) dalam pemurniaan air .Dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pembuatan uang logam.
Logam dasar adalah logam nonferrous tidak mengandung besi yang bukan logam mulia atau logam mulia. Logam dasar yang paling umum adalah tembaga , timah , nikel , timah, aluminium, dan seng. Logam dasar lebih umum dan lebih mudah diekstraksi daripada logam mulia, yang meliputi emas, perak, platinum, dan paladium. Logam mulia, beberapa di antaranya juga berharga, tidak seperti logam dasar karena tahan terhadap oksidasi. Beberapa contoh umum dari logam mulia termasuk perak, emas, osmium, iridium, dan rhodium. Karakteristik Logam dasar murni relatif mudah teroksidasi. Kecuali tembaga, mereka semua bereaksi dengan asam klorida untuk membentuk gas hidrogen. Logam dasar juga lebih murah daripada logam mulia rekan mereka karena mereka jauh lebih umum. Aplikasi Logam dasar digunakan dalam berbagai aplikasi. Tembaga umumnya digunakan dalam kabel listrik karena keuletan dan konduktivitasnya yang tinggi. Daktilitasnya yang tinggi berarti dapat dengan mudah diregangkan tanpa kehilangan kekuatan. Tembaga juga bagus untuk pengkabelan karena merupakan logam dasar yang tahan terhadap oksidasi dan tidak mudah berkarat. Timbal telah terbukti menjadi sumber yang andal untuk baterai, dan nikel sering digunakan untuk memperkuat dan mengeraskan paduan logam, termasuk baja tahan karat. Logam dasar juga sering digunakan untuk melapisi logam lain. Misalnya, seng digunakan untuk melapisi baja galvanis. Berdagang Sementara logam dasar tidak dianggap sama berharganya dengan logam mulia, mereka masih memiliki nilai karena kegunaan praktisnya. Menurut Investopedia, para ekonom sering menggunakan tembaga sebagai indikator prakiraan ekonomi global karena penggunaannya yang luas dalam konstruksi. Jika ada permintaan tembaga yang lebih rendah, itu berarti konstruksi turun, yang bisa menjadi tanda penurunan ekonomi. Jika permintaan tembaga naik, sebaliknya akan terjadi. Aluminium adalah unsur paling melimpah ketiga di kerak bumi hanya tertinggal oksigen dan silikon dan merupakan volume perdagangan tertinggi di London Metal Exchange LME. Sangat mudah dibentuk, yang berarti dapat ditekan menjadi lembaran, aluminium memiliki banyak kegunaan, terutama dalam membuat wadah untuk makanan atau produk lainnya. Logam yang diperdagangkan di LME adalah kontrak untuk pengiriman 90 hari ke depan. Logam dasar ketiga yang paling aktif diperdagangkan di LME adalah seng, hanya tertinggal tembaga dan aluminium. Selain digunakan untuk melapisi baja galvanis, seng adalah bahan umum dalam koin, sering digunakan dalam die-casting, dan memiliki banyak aplikasi dalam konstruksi, termasuk pipa dan atap.
Danjika sebuah perhiasan logam campuran emas memiliki kandungan emas 18 karat, maka kandungan emas yang terdapat di dalamnya adalah 75 % emas. Campuran antara logam tembaga dengan seng, lalu terlihat seperti kilau emas kuningan. Kuningan memiliki sifat mudah dibentuk, daya kilau yang tinggi, sehingga memberikan penampilan emas.
NilaiJawabanSoal/Petunjuk SUASA Logam campuran emas dan tembaga NEKARA Logam campuran emas dengan tembaga TEMBAGA Jenis Logam LOGAM ... perak, tembaga, aluminium, nikel; metal; - adi logam yang tidak dapat bersenyawa dengan zat asam seperti emas, perak, dan platina; logam mulia; -... KUNINGAN Campuran tembaga dan seng PERUNGGU Logam campuran tembaga dan timah putih DOBLE Tembaga berlapis emas MAS Logam Muia AURUM Emas MULIA Logam ... emas ANTIMONIUM Sejenis logam campuran; Stibium ALOI Campuran dua jenis logam atau lebih; lakur PANCALOGAM Campuran lima macam logam atau batu PLATINUM Emas putih logam berwarna putih keabu abuan SOBOK Campuran dua macam logam yang sama banyaknya BERTUANG Dicetak dari logam yang dicairkan emas ~; MEDALI Tanda penghargaan dibuat dari logam emas, perak, perunggu ALKIMIA Ilmu yang bertujuan mengubah logam biasa menjadi emas MUNDAM Jambang atau bokor besar dari logam tembaga dsb PLATINA Emas Putih FILSUF Batu legendaris yang bisa mengubah logam biasa menjadi emas AMALGAM Campuran dari dua atau beberapa logam yang salah satunya adalah merkuri MANGANIN Kim paduan logam yang terdiri atas 70%-85% tembaga, 15%-25% mangan, 4% TIMAH Jenis logam SADUR Lapis logam yang tipis pada logam lain; sepuh emas, perak, dan sebagainya
kTKL6. 0vchck38d2.pages.dev/130vchck38d2.pages.dev/4620vchck38d2.pages.dev/630vchck38d2.pages.dev/270vchck38d2.pages.dev/1540vchck38d2.pages.dev/2490vchck38d2.pages.dev/4000vchck38d2.pages.dev/378
logam campuran emas dan tembaga